Selasa, 19 Agustus 2014

Kita tinggal dimana? Kita hidup dimana? Kita belajar, kerja, dimana? Kita tidur dan makan dimana?

Mungkinkah kalian tau bagaimana sejarah kota kita tercinta ini? Bertahun-tahun kita disini, namun sebagian besar memang tidak mengetahui sejarah, dan asal usul kota Samarinda. Sebelum mengoceh lebih jauh, alangkah baiknya kita mengetahui dulu asal usul seputar kota Samarinda, diambil melalui Wikipedia. Silahkan disimak.


Samarinda yang dikenal sebagai kota seperti saat ini dulunya adalah salah satu wilayah Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura. Di wilayah tersebut belum ada sebuah desa pun berdiri, apalagi kota. Sampai pertengahan abad ke-17, wilayah Samarinda merupakan lahan persawahan dan perladangan beberapa penduduk. Lahan persawahan dan perladangan itu umumnya dipusatkan di sepanjang tepi Sungai Karang Mumus dan sungai Karang Asam.
Pada tahun 1668, rombongan orang-orang Bugis Wajo yang dipimpin La Mohang Daeng Mangkona (bergelar Pua Ado) hijrah dari tanah Kesultanan Gowa ke Kesultanan Kutai. Mereka hijrah ke luar pulau hingga ke Kesultanan Kutai karena mereka tidak mau tunduk dan patuh terhadap Perjanjian Bongaya setelah Kesultanan Gowa kalah akibat diserang oleh pasukan Belanda. Kedatangan orang-orang Bugis Wajo dari Kerajaan Gowa itu diterima dengan baik oleh Sultan Kutai.

Atas kesepakatan dan perjanjian, oleh Raja Kutai rombongan tersebut diberikan lokasi sekitar kampung melantai, suatu daerah dataran rendah yang baik untuk usaha pertanian, perikanan dan perdagangan. Sesuai dengan perjanjian bahwa orang-orang Bugis Wajo harus membantu segala kepentingan Raja Kutai, terutama di dalam menghadapi musuh. Semua rombongan tersebut memilih daerah sekitar muara Karang Mumus (daerah Selili seberang) tetapi daerah ini menimbulkan kesulitan di dalam pelayaran karena daerah yang berarus putar (berulak) dengan banyak kotoran sungai. Selain itu dengan latar belakang gunung-gunung (Gunung Selili).

Sekitar tahun 1668, Sultan yang dipertuan Kerajaan Kutai memerintahkan Pua Ado bersama pengikutnya yang asal tanah Sulawesi membuka perkampungan di Tanah Rendah. Pembukaan perkampungan ini dimaksud Sultan Kutai, sebagai daerah pertahanan dari serangan bajak laut asal Filipina yang sering melakukan perampokan di berbagai daerah pantai wilayah kerajaan Kutai Kartanegara. Selain itu, Sultan yang dikenal bijaksana ini memang bermaksud memberikan tempat bagi masyarakat Bugis yang mencari suaka ke Kutai akibat peperangan di daerah asal mereka. Perkampungan tersebut oleh Sultan Kutai diberi nama Sama Rendah. Nama ini tentunya bukan asal sebut. Sama Rendah dimaksudkan agar semua penduduk, baik asli maupun pendatang, berderajat sama. Tidak ada perbedaan antara orang Bugis, Kutai, Banjar dan suku lainnya.

Dengan rumah rakit yang berada di atas air, harus sama tinggi antara rumah satu dengan yang lainnya, melambangkan tidak ada perbedaan derajat apakah bangsawan atau tidak, semua "sama" derajatnya dengan lokasi yang berada di sekitar muara sungai yang berulak dan di kiri kanan sungai daratan atau "rendah". Diperkirakan dari istilah inilah lokasi pemukiman baru tersebut dinamakan Samarenda atau lama-kelamaan ejaan Samarinda. Istilah atau nama itu memang sesuai dengan keadaan lahan atau lokasi yang terdiri atas dataran rendah dan daerah persawahan yang subur.

Samarinda, ternyata dulu merupakan wilayah kesultanan dan merupakan lahan persawahan dan perladangan beberapa penduduk. Seiring waktu berjalan, beberapa sultan, raja, dan penduduk bugis lah yang berperan dalam sejarah lingkup kota Samarinda. Cukup sudah asal-usul nya. Sekarang akan kita sampingkan hal tersebut. Lalu, bagaimana dengan kondisi geografis nya?

Dengan luas wilayah 718 km², Samarinda terletak di wilayah khatulistiwa dengan koordinat di antara 0°21'81"–1°09'16" LS dan 116°15'16"–117°24'16" BT.

Kota Samarinda memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

Tabel batas wilayah

Untuk iklim, Kota Samarinda beriklim tropis basah, hujan sepanjang tahun. Temperatur udara antara 20 °C – 34 °C dengan curah hujan rata-rata per tahun 1980 mm, sedangkan kelembaban udara rata-rata 85%.


Secara yuridis Kota Samarinda terbentuk berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1959.

Patokan untuk menetapkan hari jadi kota Samarinda adalah catatan sejarah ketika orang-orang Bugis Wajo ini bermukim di Samarinda pada permulaan tahun 1668 atau tepatnya pada bulan Januari 1668. Telah ditetapkan pada peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Samarinda Nomor: 1 tahun 1988 tanggal 21 Januari 1988, pasal 1 berbunyi, "Hari Jadi Kota Samarinda ditetapkan pada tanggal 21 Januari 1668 M, bertepatan dengan tanggal 5 Sya'ban 1078 Hijriyah". Penetapan ini dilaksanakan bertepatan dengan peringatan hari jadi kota Samarinda ke-320 pada tanggal 21 Januari 1988.

Tanggal 21 Januari 1668 (5 Sya'ban 1070 Hijriyah) adalah hari yang diyakini sebagai awal kedatangan orang-orang suku Bugis Wajo yang kemudian mendirikan pemukiman di muara Karang Mumus.

Bagaimana dengan pelayanan kesehatan? 

Kota Samarinda telah memiliki beberapa pusat fasilitas kesehatan yang cukup lengkap di provinsi Kalimantan Timur. Selain memiliki beberapa rumah sakit yang juga telah didukung oleh beberapa perguruan tinggi yang berkaitan dengan kesehatan, salah satunya adalahRumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie yang berafiliasi dengan Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman dan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kalimantan Timur.

Guna mendukung pelayanan kesehatan kepada masyarakat tersedia sarana kesehatan yang disediakan oleh Pemkot Samarinda seperti RSKD Atma Husada dan RSUD IA Moeis maupun oleh Swasta seperti RS Islam, RS Dirgahayu, RS H.Darjad, RS Siaga Ramania, RS Samarinda Medical Centre dan lain-lain.

Maskot kota Samarinda, apa?

Pesut Mahakam adalah maskot kota Samarinda. Namun saat ini Pesut Mahakam tidak terlihat lagi di sepanjang sungai Mahakam kota Samarinda. Pesut Mahakam terdesak oleh kemajuan kota dan pindah ke hulu sungai. Populasi Pesut Mahakam semakin menurun dari tahun ke tahun. Bahkan menurut sebuah penelitian, Pesut Mahakam sekarang tinggal 50 ekor. Jika tidak dilakukan antisipasi dan pelestarian, maka dalam waktu beberapa tahun saja Pesut Mahakam akan punah, menyusul pesut dari Sungai Irrawaddy dan Sungai Mekong yang sudah terlebih dahulu punah dan Pesut Mahakam adalah pesut air tawar terakhir yang hidup di planet bumi.

monumen patung pesut mahakam (tepian) - https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-ME1OC5kiLmUO6Lw5mwu9N_qCypOc4poBFMjcRzuEZ2f_UBUbp0qGMVI77RhZdJ0kOs8KoILLI6oi5X6ePHoO3n-PHIi7ezi-CIarum_9D0_5jnc5n5vrV7ZilJ-6tHWZ8lp0Q2T-JidH/s1600/pesut_mahakam_by_gegetlonely-d3d0nr7.jpg

Pariwisatanya?

Kota Samarinda memiliki beberapa objek wisata yang menjadi andalan dan sering dikunjungi wisatawan lokal.

Wisata alam 
Objek wisata alam yang ada di Samarinda antara lain Air terjun Tanah Merah, Air terjun Berambai, Air terjun Pinang Seribu dan Kebun Raya Unmul Samarinda yang terdapat atraksi danau alam, kebun binatang dan panggung hiburan. Juga terdapat penangkaran buaya di Makroman yang berjarak sekitar 10 km ke arah timur dari pusat kota.

Wisata budaya 
Untuk menikmati wisata budaya, wisatawan bisa mengunjungi Desa Budaya Pampang yang berjarak sekitar 20 km dari pusat kota. Pampang akan menampilkan atraksi budayanya dari suku Dayak Kenyah pada hari minggu.

Produk budaya dari Samarinda berupa ukir-ukiran dan pernak-pernik lainnya yang bisa didapatkan di Citra Niaga. Samarinda juga mempunyai produk tekstil yang bernama Sarung Samarinda dan Batik Ampiek, batik yang bermotif ukiran Dayak.

Wisata religi 
Beberapa tempat ibadah juga menjadi wisata religi di Samarinda seperti Masjid Shiratal Mustaqiem, masjid tertua di Samarinda dan Masjid Islamic Center Samarinda. Objek wisata ziarah di kota ini adalah Makam La Mohang Daeng Mangkona, pendiri Kota Samarinda. Sekitar 10 km ke arah barat kota Samarinda, terdapat goa Maria di Rumah Retret Bukit Rahmat, Loa Janan.

Selebihnya, tentang pariwisata kota Samarinda, sudah saya paparkan satu-persatu. Bisa dilihat disini.

Di Samarinda sendiri sudah terdapat banyak beberapa pusat perbelanjaan. Mulai dari mal/plaza, pasar, pertokoan dan lain-lain.

Plaza dan Mal
  • Mal Mesra Indah, yang merupakan mal pertama di kota Samarinda.
  • Mal Lembuswana, mal ini terletak di pusat kota Samarinda. Mal ini merupakan mal terluas di Samarinda yang ditandai dengan adanya parkir yang cukup memadai.
  • Samarinda Central Plaza, merupakan mal ketiga yang dibangun di kota Samarinda sekitar tahun 1998. Mal ini terletak di Jl.Pulau Irian.
  • Plaza Mulia, merupakan mal keempat yang dibangun dan dibuka pada pertengahan September 2009. Mal ini berlokasi di Jl.Bhayangkara.
  • Samarinda Square (SS), mal kelima di Samarinda dan telah dibuka pada 12 Agustus 2010. Mal ini berlokasi di Jl.Muhammad Yamin,Gunung KeluaSedang dibangun



Pusat pertokoan yang ada di kota ini antara lain:

  • Citra Niaga yang merupakan taman hiburan rakyat pertama yang berdiri di kota Samarinda, Citra Niaga memenangkan Penghargaan Aga Khan untuk Arsitektur karena rancangannya yang menyatukan antara fungsi untuk menampung pedagang kaki-lima (makanan, kerajinan, dll) dengan konsep terbuka serta pedagang menengah dengan konsep ruko yang saling mendukung. Bersama-sama dengan pemerintah daerah dan konsultan penggabungan ini berhasil dalam mendatangkan pengunjung dan konsep pemeliharaan lingkungan yang mandiri.
  • Mahakam Square

Pasar
Berbagai pasar tradisional juga masih ada yang bertahan di kota Samarinda hingga saat ini, di antaranya adalah:

  • Pasar Pagi, merupakan pasar tertua di Kota Samarinda. Pasar ini awalnya dibangun di pinggir sungai Mahakam. Namun seiring dengan perkembangan kota, maka pasar dipindahkan agak menjauh dari tepi sungai karena tepi sungai dibuat jalan.
  • Pasar Segiri, merupakan pasar terbesar/pasar induk di kota Samarinda. Pasar Segiri mengalami kebakaran pada tahun 2009 dan sedang dibangun kembali dengan konsep pasar tradisional yang modern.
  • Pasar Rahmat, terletak di Jl. Lambung Mangkurat, Pelita.
  • Pasar Kedondong, terletak di Jl. Ulin, Karang Asam Ilir.
  • Pasar Kemuning, terletak di Loa Bakung.
  • Pasar Sei Dama, terletak di Jl. Otto Iskandardinata.
  • Pasar Impres Baqa, terletak di Jl. Sultan Hasanudin.
  • Pasar Laut (sore), terletak di ujung jalan HOS Cokroaminoto.
  • Pasar Harapan Baru, terletak di Jl. Kurnia Makmur, Harapan Baru. Pasar ini pernah terbakar hebat pada tahun 2003 sehingga seluruh pasar dan sebagian rumah warga hangus. Pasar ini kembali dibangun beberapa bulan kemudian dan Jl. Kurnia Makmur dibuat menjadi dua jalur untuk mencegah kebakaran lagi yang meluas karena sebelumnya Jl. Kurnia Makmur terbilang sempit sehingga api yang berada di pasar sebelah kiri pasar dapat menyambar ke bagian pasar sebelah kanan.
  • Palaran Trade Centre (PTC), pasar dengan konsep modern pertama di Samarinda. Pasar ini diresmikan pada tanggal 15 Mei 2010.
Lalu, transportasinya?

Air
Sebagai kota yang dibelah Sungai Mahakam, Samarinda memiliki transportasi air tradisional sejak dahulu, yakni Tambangan dan Ketinting. Tambangan biasa digunakan sebagai alat transportasi menyeberang sungai dari daerah Samarinda Seberang ke kawasan Pasar Pagi. Ketinting menjadi moda transportasi sungai utama untuk menyeberangi sungai maupun menuju wilayah tertentu yang hanya bisa dinaiki oleh manusia dan barang. Sedangkan untuk mengangkut kendaraan, kapal feri sempat beroperasi menyeberangi sungai dari pelabuhanHarapan Baru, Samarinda Seberang ke pelabuhan Samarinda Kota. Namun, sejak pembangunan dan beroperasinya Jembatan Mahakam pada tahun 1987, tambangan dan ketinting mulai berkurang penumpangnya meski tak signifikan. Tetapi, yang paling merasakan kerugian adalah kapal feri hingga akhirnya pelayaran ditutup.

Sejak didirikannya transportasi utama Samarinda melalui Sungai Mahakam yang membelahnya di tengah-tengah, pada tahun 1987 baru dibangun Jembatan Mahakam yang menghubungkan Samarinda kota dengan Samarinda Seberang. Selain itu sudah dibangun dan diresmikan pada 2009 Jembatan Mahakam Ulu dan Jembatan Mahkota II (dalam tahap konstruksi).

Terdapat pelabuhan peti kemas yang berada di Jalan Yos Sudarso dan sekarang sedang dibangun pelabuhan baru yang terletak di kecamatan Palaran untuk menggantikan pelabuhan yang sekarang sudah tidak sesuai dengan kondisi kota. Pada tanggal 26 Mei 2010, pelabuhan baru tersebut selesai dibangun dan diresmikan dengan nama TPK Palaran dan saat ini dalam tahap uji coba.

Darat
Terdapat jalan darat yang menghubungkan kota Samarinda dengan Balikpapan ke selatan, kemudian Bontang dan Sangatta ke utara, jalan baru ke Tenggarong di arah barat laut serta ke Sanga-Sanga, Kutai Kartanegara melalui jalan tenggara yang tembus sampai ke Muara Jawa, Samboja dan Balikpapan.

Terdapat 3 terminal perhubungan darat yang menghubungkan kota Samarinda dengan daerah-daerah lain di Kalimantan, antara lain Terminal Sungai Kunjang, Terminal Lempakedan Terminal Samarinda Seberang.

Saat ini sedang dibangun jalan bebas hambatan sejenis jalan tol, yaitu freeway yang menghubungkan Samarinda dengan Balikpapan dengan waktu tempuh 1 jam.

Udara
Bandar Udara Temindung (kode SRI) merupakan bandar udara yang menghubungkan Samarinda dengan kota-kota di pedalaman serta Balikpapan. Saat ini sedang dibangunBandar Udara Samarinda Baru yang nantinya dapat didarati oleh pesawat yang lebih besar.

Bagaimana dengan olahraga dan fasilitasnya?

Kota Samarinda mempunyai fasilitas pendukung untuk kegiatan olahraga, antara lain lapangan basket, panah, sepak bola, dan panjat tebing di Tepian Mahakam serta kompleks stadion di Sempaja, Segiri dan Palaran. Lapangan-lapangan umum di berbagai penjuru kota juga sering dijadikan tempat aktivitas berolahraga, di antaranya yang terbesar adalah lapangan Pemuda dan lapangan Kinabalu.

Klub olahraga sepak bola yang bermarkas di Samarinda adalah Persisam Putra Samarinda dengan pendukungnya yang dijuluki Pusamania dan saat ini mengikuti Liga Super Indonesia.

Untuk stasiun televisi dan Surat kabar, ada beberapa diantaranya;


Televisi
Stasiun televisi yang mengudara di Kota Samarinda antara lain 9 stasiun televisi nasional (kecuali Indosiar, dan antv), sedangkan untuk stasiun televisi lokal yang eksis adalah TVRI Kaltim, Kaltim TV, dan Samarinda TV.

Surat kabar
Surat kabar yang beredar di kota ini adalah Kaltim Post, Tribun Kaltim, KoranKaltim, Pos Kota Kaltim dan Swara Kaltim yang juga terdapat di seluruh kabupaten/kota di Kalimantan Timur, sedangkan surat kabar lokal di Samarinda adalah Samarinda Pos yang juga dapat dijangkau hingga Berau.

Sekian beberapa bahasan mengenai Samarinda. 


Jadi.....


------------------------------

Salam Hangat, 
Fahmi Riza

Posted on 15.36 by Fahmi Riza

No comments

Senin, 18 Agustus 2014

Samarinda.. Kota yang bisa di bilang berpenduduk terbesar di Kalimantan. Kota yang di belah oleh "Sungai Mahakam". Kota sekaligus Ibu Kota Provinsi Kalimantan Timur. Bersimbolkan pesut,  dan "tepian" slogan nya.

"Aduh, Samarinda... Tiap hujan dikit, pasti banjir!"
"Ih, gilak.. Jorok banget sih sungainya!"
"Samarinda tiap minggu pasti ada kebakaran aja..."
"Samarinda macet gilakkk!!!"
"Jalannya jelek banget ah!"
"Panas nya keterlaluan!"





Itu merupakan kata bata dari potret kehidupan Samarinda. Begitu sering saya lihat di berbagai media sosial, atau bahkan langsung mendengarnya. Macet, banjir, kotor, menjadi image Samarinda dari kebanyakan orang. Mengeluh, salah satu cara mereka melampiaskannya. Walau jujur, saya juga melakukannya. Namun, apakah kita sadar bahwa mengeluh tak ada gunanya? Mengeluh itu hal kosong yang tidak mungkin bisa merubah kota Samarinda, menjadi kota yang kita inginkan.

Jalan berlubang, debu dan sebagainya. Entah kapan saya bisa mengosongkan pikiran ini dari otak saya. Jika hujan sedikit, banjir, update status, kemudian menjelek-jelekkan. Tidak sadarkah sebagian besar itu terjadi karena ulah kita? Kita melihat, tidak memberikan solusi. Nampaknya keegoisan mengalahkan kita.

Namun, ini adalah kota saya. Tempat dimana saya lahir, saya tinggal. Bagaimanapun, saya harus kembali kesini. Ini kota kita, toleransi cinta kita terhadap kota ini harus di tanamkan.


http://imagizer.imageshack.us/a/img716/6300/cm4n.jpg

Pernah suatu ketika saya benar-benar merasakan nikmatnya berada disini. Ketika saya harus bermalam di sekolah saya, karena ada suatu kegiatan. Pukul 03.00 pagi, saya pulang dengan mengendarai motor. Setelah selesainya keramaian orang-orang pada siang hari, dari macet yang saya rasakan. Sesekali saya tarik nafas panjang, sambil menatap langit dan mengencangkan laju motor saya. Bebas yang saya rasakan, ternyata begini rasanya, Samarinda.

Cuaca yang bisa di bilang cukup unik di Samarinda. Terkadang panas, hujan, atau sekedar gerimis rintik-rintik yang membawa ketentraman ketika merasakannya. Kecintaan saya terhadap kota tua ini semakin bertambah. Saya berharap, semua orang bisa merasakan seperti yang saya rasakan. Kemudian kita bersama-sama berfikir, untuk memajukan kota tercinta.. Samarinda.

Posted on 05.15 by Fahmi Riza

No comments



Berbicara Samarinda, pasti tidak terlepas dari pemikiran kita sebagai ibu kota provinsi Kalimantan Timur, Indonesia. Apa yang terlintas dipikiran Anda, ketika berbicara Kota Samarinda?

"Pernah ke Samarinda gak?". 
.."Emmm.. Yang ada Islamic Center itu kan? Yang ada Sungai Mahakamnya kan?"..

Ya, Samarinda mempunyai potensi besar untuk pariwisata. Banyak memang, hanya saja tidak beberapa orang mengetahui bahwa Samarinda memiliki potensi untuk ini. Sungai Mahakam, Islamic Center, Tepian? Yap, mungkin itu yang terpikirkan jika berbicara objek wisata di Samarinda. Namun, itu hanya sebagian dari beberapa tempat pariwisata lain. Kota yang berpenduduk terbesar di Kalimantan ini, memiliki beberapa objek wisata yang menjadi andalan dan sering dikunjungi wisatawan lokal. Mulai dari wisata alam, budaya, dan religi. Berikut paparan yang mungkin bisa menjadi refrensi untuk berkunjung ke Samarinda.


Air Terjun Tanah Merah

Penampakan air terjun tanah merah

Air terjun Tanah Merah, tepatnya berada di dusun Purwosari, Samarinda Utara. Jaraknya sekitar 16 km dari kota. Bisa menjadi tempat wisata alam pertama, yang bisa Anda kunjungi bersama keluarga. Dilengkapi rumah pendopo, tempat berteduh dengan pohon sebagai peneduhnya. Area parkir kendaraan yang luas, terbuka, tempat pemandian, dan beberapa stand warung jajanan disana ketika suntuk. Untuk mencapai obyek wisata ini, dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor baik roda dua maupun empat. Ini bisa menjadi alternatif pertama Anda.


Air terjun Berambai

Penampakan air terjun berambai

Bisa dibilang merupakan yang tertinggi dan terbesar di Samarinda. Dengan tinggi sekitar 10 meter. Lokasi berada di Jl. Batu Besaung RT. 58 Kelurahan Sempaja Kecamatan Samarinda Utara sekitar 15 KM dari pusat Kota. Biasa di gunakan untuk anak-anak sekolah melakukan kemah, mahasiswa atau para petualang. Karena lokasi memang masuk ke pedalaman.


Air Terjun Pinang Seribu 

Penampakan air terjun pinang seribu

Air Terjun Pinang Seribu, merupakan objek wisata alam di Samarinda yang mungkin masih jarang dikunjungi oleh wisatawan baik lokal maupun asing. Terletak di kelurahan Sempaja Utara, kecamatan Samarinda Utara, untuk masuk ke daerah wisata ini biasanya pengunjung dikenakan biaya masuk sebesar Rp 2.500. Sekarang, akses jalan menuju air terjun ini sudah cukup baik.



Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS)

Pintu masuk KRUS

Kebun Raya Unmul Samarunda atau biasa dikenal dengan KRUS, merupakan tempat wisata yang di minati seluruh kalangan masyarakat. Alasannya, karena memadukan rekreasi dengan pendidikan seputar alam dan lingkungan yang membantu memperluas wawasan anak-anak. Sehingga tak mengapa orang tua membawa anak-anak mereka ke tempat ini. Selain alasan untuk berkumpul bersama keluarga juga tentunya. Diantara fasilitasnya yaitu terdapat atraksi danau alam, kebun binatang dan panggung hiburan. Wisata ini mengatasnamakan sebuah Universitas di kota Samarinda, Luas Keseluruhan Kebun Raya Unmul Samarinda yaitu seluas 300 Hektar.


Penangkaran buaya makroman

Suasana penangkaran buaya

tugu penangkaran buaya makroman

Sebuah objek wisata alam yang menarik, Penangkaran buaya makroman. Terletak di Desa pulau atas, kelurahan makroman, kecamatan palaran. Jaraknya sekitar 14km dari pusat kota, Samarinda. Tempat ini dapat anda tempuh dengan menggunakan kendaraan beroda dua ataupun kendaraan roda empat. Terdapat beberapa jenis buaya tentunya. berkurangnya populasi buaya di alam liar, merupakan salah satu tujuannya untuk melestarikan.


Desa Budaya Pampang

Aksi desa budaya pampang

Penampilan tari 

Desa Pampang adalah sebuah desa budaya yang terletak di Sungai Siring, kota Samarinda, Kalimantan Timur dan menjadi objek wisata unggulan kota Samarinda. Pemerintah setempat merasa antusias bahwa desa budaya ini memiliki kegiatan positif yang dapat menjadi sebuah aset wisata unggulan baik di tingkat lokal maupun mancanegara. Untuk menikmati wisata ini, wisatawan bisa mengunjungi Desa Budaya Pampang yang berjarak sekitar 20 km dari pusat kota. Pampang akan menampilkan atraksi budayanya dari suku Dayak Kenyah pada hari minggu.



Citra Niaga 

Penampakan citra niaga


toko souvenir & oleh-oleh samarinda

Suasana citra niaga sore hari

Kawasan pusat perbelanjaan Citra Niaga Samarinda dulunya sebagai ikon pusat belanja di kota Tepian, namun seiring perjalanan waktu kawasan itu semakin redup karena banyak bermunculan tempat perbelanjaan yang representatif seperti mall. Tetapi jangan khawatir, disinilah pusat perbelanjaan dimana kalian bisa memperoleh banyak ukiran souvenir khas kota Samarinda.

Produk budaya dari Samarinda berupa ukir-ukiran dan pernak-pernik lainnya yang bisa didapatkan di Citra Niaga. Samarinda juga mempunyai produk tekstil yang bernama Sarung Samarinda dan Batik Ampiek, batik yang bermotif ukiran Dayak.


Islamic Center Samarinda

Suasana malam hari

Islamic center (depan)

Suasana siang hari
Halaman masuk depan



Kalau ini tidak usah ditanya lagi. Masjid termegah dan terbesar kedua di Asia Tenggara ini, terletak di kelurahan Teluk Lerong Ulu, Kota Samarinda, Kalimantan Timur,Indonesia,. Dengan latar depan berupa tepian sungai Mahakam, masjid ini memiliki menara dan kubah besar yang berdiri tegak.

Masjid ini memiliki luas bangunan utama 43.500 meter persegi. Luas bangunan penunjang adalah 7.115 meter persegi dan luas lantai basement 10.235 meter persegi. Lantai dasar masjid, seluas 10.270 meter persegi dan lantai utama seluas 8.185 meter persegi. Sedangkan luas lantai mezanin (balkon) adalah 5.290 meter persegi. Lokasi ini sebelumnya merupakan lahan bekas areal penggergajian kayu milik PT Inhutani I yang kemudian dihibahkan kepada Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur.

Bangunan masjid ini memiliki 7 menara dimana menara utama setinggi 99 meter yang bermakna asmaul husna atau nama-nama Allah yang jumlahnya 99. Menara utama itu terdiri atas bangunan 15 lantai masing-masing lantai setinggi rata-rata 6 meter. Sementara itu, anak tangga dari lantai dasar menuju lantai utama masjid, jumlahnya sebanyak 33 anak tangga. Jumlah ini sengaja disamakan dengan sepertiga jumlah biji tasbih.



Pura Jagat Hita Karana
Penampakan dalam 


Pura Jagat Hita Karana, merupakan tempat yang digunakan sebagai tempat ibadah umat Hindu.
Terletak di Jalan Sentosa. Sejarah awal rencana pembangunan 1980 oleh 20 orang dari prajurit anggota polisi angkatan 1966, selesai pembangunan Pura 1985 dan di resmikan oleh pendeta Bali 5 Oktober 1985, Pura Jagat Hita Karana pernah mengalami 3 kali renovasi.

Struktur Pura Jagar Hita Karana ini terbagi menjadi 3 bagian, bagian atas adalah utama Mandala (untuk kegiatan agama), bagian kedua adalah Madya Mandala (sekolah, sanggar tari, dan latihan musik), dan bagian ketiga Nista Mandala (untuk tempat parkir, sekretariat, tempat hiburan, dan perpusatakaan).



Vihara Eka Dharma Manggala


Tampak depan

Vihara Eka Dharma Manggala, merupakan tempat ibadah bagi yang beragama Buddha. Dengan desain bangunan yang lumayan megah, tempatnya yang sejuk dan tenang, menjadikan unggulan tempat ini. Terletak di Jalan Sebulus Salam RT.30 RW.12 Samarinda. Di tempat Ibadah ini memiliki banyak peraturan , seperti pada pintu masuk tempat ibadah yang berbeda untuk jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Untuk laki-laki pintu masuknya terdapat pada pintu bagian sebelah kanan dan untuk peremuan terdapat pada pintu bagian sebelah kanan. Dan untuk keluar setelah ibadah pun juga seperti itu. Tempat ibadah ini memiliki 3 lantai atau tingkat.


Kelenteng Thien Le Kong

Kelenteng Thien Le Kong

Kelenteng Thien Ie Kong, terletak di Jl. Yos Sudarso sebrangan dengan pelabuhan di Samarinda. Sejak jaman penjajahan Belanda termasuk menjadi salah satu Cagar Budaya Kaltim yang perlu dilestarikan karena telah berusia sekitar 107 tahun. Bangunan yang berdiri sejak tahun 1905 tersebut masih berdiri kokoh walaupun pernah hampir terkena bom Jepang yang dijatuhkan untuk menghancurkan pabrik pengolahan minyak goreng yang berada dibelakang kelenteng.

Mungkin objek pariwisata di atas bisa menjadi refrensi untuk Anda kunjungi, Semoga bermanfaat.




Posted on 01.11 by Fahmi Riza

No comments